Tuhan,
Terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta
Jujur, luhur, dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat yang tak lepas dari namamu
Terbayang baktimu
Terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga
Berkafan doa
Dari kami, yang merindukan orang sepertimu..
-Iwan Fals-
Terlahir dengan nama Muhammad Athar pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat, Mohammad Hatta, atau yang lebih kita kenal dengan Bung Hatta, merupakan sosok yang tak bisa dilepaskan dari kemerdekaan Indonesia. Sosok nan bijak dan sederhana ini mulai aktif berorganisasi sejak usianya 15 tahun, dimulai dengan menjadi bendahara di Jong Sumatranen Bond cabang Padang, tak heran jika kemampuan berorganisasi dan berpolitiknya sangat hebat, ditambah dengan semangat yang amat besar untuk memerdekakan Indonesia. Berbagai jabatan dan pertemuan penting dipercayakan kepada beliau, menunjukkan bahwa beliau juga merupakan sosok yang dapat dipercaya dan dapat menjaga amanah.
Masih teringat jelas dalam benak saya, ketika pertama kali saya benar-benar mengenal sosok Bung Hatta (sebelumnya hanya sekadar mengetahui saja), yaitu ketika saya SMP. Lewat rangkaian biografinya, Seri Dimata, pelan-pelan saya mengenal beliau. Setiap kata yang tertuliskan pada buku itu seolah menambah kekaguman saya pada sosok beliau. Ada satu bagian yang menurut saya itu paling mengesankan. Beliau pernah berjanji, tak akan menikah atau sekedar mendekati wanita, sebelum Indonesia merdeka (sangat bertolak belakang dengan partnernya). Itu menunjukkan bahwa beliau benar-benar memikirkan nasib bangsanya, sampai-sampai kehidupannya sendiri kurang beliau pedulikan.
Meninggal pada usia 77 tahun di Jakarta, tanggal 14 Maret 1980, sosok yang juga dikenal sebagai Bapak Koperasi ini telah meninggalkan banyak sekali perubahan yang berarti bagi Indonesia. Meski keberaniannya untuk menyuarakan pendapat lebih banyak melalui tulisan, namun justru dengan tulisan-tulisan itulah suara dan semangatnya akan selalu terkenang.
Dan malam ini, malam menjelang 31 tahun kepergian beliau, saya berdoa agar diberikan kepadanya tempat di sisi Allah Swt., bersama dengan orang-orang yang saya cintai disana. Berharap pula dengan teladan dari beliau, saya (dan generasi saya) mampu memiliki semangat juang untuk memajukan Indonesia seperti semangat beliau.[bell]
0 comments:
Posting Komentar