Belajar dari 500 Days of Summer

“This is a story of boy meets girl, but you should know upfront, this is not a love story.”
Narator telah mengingatkan sejak awal pada penonton bahwa ini film tentang seorang lelaki yang bertemu dengan seorang perempuan, dan bukan merupakan kisah cinta. Yang tetap menyimpulkan bahwa ini adalah kisah cinta mungkin terlalu terbawa akan alur cerita yang mengecoh dan berpikir terlalu sempit, bahwa pada tiap hubungan antara seorang lelaki dewasa dan perempuan dewasa, tak mungkin tak ada cinta atau perasaan semacamnya.
Tom Hansen (diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt) menjalani kehidupannya yang hambar sebagai seorang pegawai di perusahaan pembuat kartu ucapan. Ia termasuk golongan orang yang percaya kalau ia tak akan bahagia sebelum bertemu dengan seseorang yang tepat.
Sialnya, ia bertemu dengan Summer Finn (diperankan oleh Zooey Deschanel), perempuan yang – sejak perceraian orangtuanya – tak percaya pada cinta dan tak tertarik untuk berhubungan dengan seseorang.
Sialnya lagi, mereka berdua memiliki banyak kesamaan yang membuat mereka merasa cocok dan nyaman. Tapi satu perbedaan yang tak bisa dijembatani itu – perbedaan prinsip – menghancurkan hari-hari indah Tom Hansen.
Aku sendiri menonton film ini pertama kali ada 2010 setelah seseorang merekomendasikannya padaku. Orang itu – yang merekomendasikan film ini padaku – berkata bahwa ada pembelajaran tentang masalah “status” yang dapat diambil dari film ini.
Menonton film yang disutradarai Marc Webb ini sangat menghiburku, membuatku merasa bahwa yang prinsip yang kujalani untuk tidak repot-repot membangun sebuah hubungan yang mengikat adalah benar. Tak ada ikatan, tak ada pengekangan, tak akan ada perasaan yang terluka.
Dari film ini, aku mendapatkan beberapa poin pembelajaran.

1. Tak selamanya kita mendapatkan apa yang kita inginkan
Menurutku, ada tiga jenis takdir. Yang pertama adalah takdir kita di tangan Tuhan yang tak bisa kita utak-atik lagi. Yang kedua, takdir kita di tangan kita sendiri. Dan yang terakhir, takdir kita di tangan orang lain. 
Kita mungkin bisa berusaha semampu kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Tapi bila ternyata orang lain tak menghendakinya, dan Tuhan juga, lalu apa lagi yang bisa kita perbuat? 
Seringkali kita begitu menginginkan tanpa ingat bahwa keinginan juga bisa membunuh. 

2. Dunia ini memiliki terlalu banyak hal yang menyenangkan
Terpujilah para seniman yang menggubah musik-musik yang memanjakan telinga kita. Atau para sutradara yang bekerja keras menghasilkan film terbaik mereka untuk kita tonton dan perbincangkan. Musik dan film hanya contoh, tentu saja. Terlalu banyak hal indah dan menyenangkan – selain cinta atau hubungan – yang bisa kita nikmati dan membuat kita bergumam, “Oh, Tuhan Maha Besar”. 

3. Pergaulan tak sesempit makna pacaran
Di dunia ini tak hanya berlangsung hubungan antar lawan jenis, antara seorang lelaki dewasa dan perempuan dewasa yang selalu diwarnai asmara, rasa cemburu, cinta, benci, dan sebagainya. Ada persahabatan sejati, persaudaraan meski tak sedarah, ada juga seorang anak perempuan yang begitu mengagumi ayahnya dan beranggapan bahwa tak akan ada lelaki yang bisa menyaingi cinta kasih ayahnya kepadanya.

4. Nothing last forever
Kabar buruknya, tak ada sesuatu yang berlangsung selamanya. Kabar baiknya, tak ada yang berlangsung selamanya. Baik itu kesedihan, kesenangan, kebahagiaan, tak satupun yang benar-benar berlangsung selamanya. Tiap masa akan memiliki akhir. 
Kesedihan seberat apapun itu akan berakhir dan digantikan dengan masa lain, mungkin kesenangan atau kehambaran. Kesenangan pun juga tak bisa berlangsung terus-menerus. 


5. Menjadi orangtua yang baik
Apa yang dialami oleh seorang anak ketika kecil akan berpengaruh pada kehidupannya saat dewasa. Baik Tom Hansen maupun Summer Finn sama-sama terpengaruh oleh pengalaman masa muda mereka. 
Tom yang terpengaruh oleh lagu dan film percintaan, begitu terobsesi dan menganggap bahwa cinta adalah segalanya. Sedang Summer yang orangtuanya bercerai beranggapan bahwa cinta adalah omong kosong.
Apa yang diberikan orangtua pada kita dapat mempengaruhi cara pandang dan prinsip hidup kita.

6. Jodoh kita belum tentu seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan kita
Bertemu dengan seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan kita atau seseorang yang selalu nyambung dengan kita bukan jaminan bahwa ia adalah pasangan sejati kita. Memang menyenangkan ketika kita bertemu seseorang yang dengannya kita dapat melakukan hal-hal menyenangkan bersama. Tapi, sekali lagi, itu tak bisa dijadikan tanda bahwa ia adalah jodoh kita.
Dalam film ini, Rachel Hansen, adik perempuan Tom, jelas lebih dewasa dan bijak dari kakaknya. “Just because she likes the same bizzard crap you do doesn't mean she's your soulmate,” ucap Rachel pada Tom ketika mereka sedang bermain video game. 

7. Tak ada sesuatu yang pasti di dunia ini, termasuk perasaan manusia

Tom: Look, we don't have to put a label on it. That's fine. I get it. But, you know, I just... I need some consistency.
Summer: I know.
Tom: I need to know that you're not gonna wake up in the morning and feel differently.
Summer: And I can't give you that. Nobody can.

Yup. Itu adalah salah satu dialog dalam film yang menurutku sangat mengena. Tom meminta semacam kepastian dari Summer tapi Summer tak bisa memberi yang Tom minta, tak satupun orang yang bisa. Siapa yang bisa menjamin kalau kita tak akan terbangun pada suatu pagi dengan perasaan yang sangat berbeda dengan kemarin?

Demikian aku memaknai film berdurasi 90 menit ini. Jatuh cinta, patah hati, kehilangan, bertemu dengan orang baru, semua tak ada yang berlangsung tanpa makna. []





6 comments:

  1. Balasan
    1. hoii, it wa so long
      tulisane makin jero wae.. opo yo koe melu salah sijine sng gak peduli mbek komitmen?

      Hapus
    2. Malah ngente mbalik nanya...
      kayaknya kaitannya itu sama doa ndoro

      Hapus
  2. Just because she likes the same bizzard crap you do doesn't mean she's your soulmate,

    BalasHapus

 

My Tweeeeet