Kamis, 10 Juli 2013, 08:08. Pagi ini rasanya tenteram. Pagi
ini, meski berkabut dan langit kelabu, hatiku begitu tenang. Semacam ikhlas,
entah mengikhlaskan apa.
Tapi, Tuhan, bolehkah aku merindu? Kenangan-kenangan itu,
pagi ini terasa nyata sekali, serasa bisa kusentuh, lalu kupeluk.
Tuhan, aku merindu masa laluku.
Ini adalah Ramadhan ketiga, setelah peristiwa-peristiwa
besar itu mengubah hidupku, menjadi suatu potongan kolase yang paling besar dan
mencolok. Dan semenjak itu, aku selalu berdoa agar aku bisa kembali ke Ramadhan
pada tahun itu, 2010 masehi. Doa yang, aku tahu, tidak akan terwujud.
Tuhan, aku masih ingat betul pahitnya, sama seperti
bagaimana aku mengingat bagaimana manisnya. Sepertinya, separuh isi kepalaku
terisi oleh kenangan itu.
Masih menyesalkah aku? Iya. Sesal itu masih ada. Tapi,
adalah suatu keajaiban, bahwa hingga kini aku masih bertahan menjalani
kehidupanku kini. Aku masih bisa berdiri, berjalan, berlari, walau rantai
berbandul kenangan itu membelenggu kakiku. Tapi aku masih terus berlari,
bukankah itu keajaiban? Oh, hidupku penuh keajaiban. Kenangan-kenangan itupun bagiku
suatu keajaiban.
Tuhan, terima kasih untuk air mata ini, untuk segala
kelemahan ini, untuk segala keajaiban ini. Tolong perintahkan angin untuk
menyampaikan segala salam dan rinduku, pada mereka, yang sedang berjuang
disana. Aku masih mengingat kalian, merindukan kalian, tak peduli apakah kalian
juga merindukan aku.
0 comments:
Posting Komentar