Siapapun saat ini pasti tahu kalau kualitas udara di bumi ini semakin hari semakin rendah. Padahal udara yang bersih merupakan salah satu kebutuhan vital manusia yang tak bisa ditawar lagi. Ya, tak bisa ditawar lagi karena berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Apa yang akan terjadi apabila tak ada lagi udara bersih di bumi kita ini? Tentu tak akan ada kehidupan lagi.
Hal yang paling tak bisa dihindari ketika industrialisasi berkembang pesat adalah berkembangnya pula polusi udara. Indonesia, sebagai negara paru-paru dunia, namun juga memiliki status sebagai negara berkembang, termasuk salah satu yang tak bisa menghindari adanya polusi udara. Tak hanya datang dari perindustrian, dari bidang transportasi pun juga turut menyumbang pencemaran.
Beberapa waktu lalu, telah dicanangkan sebuah konsep baru penyelamatan hutan bertajuk REDD+. Perdagangan karbon demi konservasi berhektar-hektar hutan, akhirnya dilaksanakan juga untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan lingkungan akibat indutrialisasi, terutama kerusakan pada kualitas udara. Siapapun tak ingin kualitas udara di bumi ini menjadi semakin buruk dari hari ke hari, termasuk kita, bukan?
Lalu apakah kita bisa ikut andil dalam perbaikan kualitas udara? Tentu bisa. Siapapun bisa. Bahkan anak berumur 5 tahun pun pasti bisa. Karena ini adalah bumi kita bersama, lingkungan kita bersama, kita pun seharusnya memiliki peran dalam melestarikan lingkungan kita. Banyak cara bisa kita lakukan untuk membantu mengurangi pencemaran, baik itu pencemaran udara, pencemaran air, dan sebagainya. Berbagai hal kecil dan mudah yang berkenaan dengan kehidupan kita sehari-hari dapat kita lakukan, selain menanam pohon. Menanam pohon memang dapat mengurangi polusi, apalagi bila yang kita tanam adalah pohon trembesi, pohon yang amat rakus terhadap CO2. Namun ada hal-hal yang lebih mudah yang bisa kita lakukan, dimulai dari kebiasaan kita sehari-hari.
Salah satunya adalah bangun lebih pagi. Apa kaitan bangun lebih pagi dengan mengurangi pencemaran? Dengan bangun lebih pagi, kita menjadi bisa melakukan banyak hal, termasuk berjalan kaki ke kampus atau ke tempat kerja. Bila jarak dari kos atau rumah menuju kesana kurang dari 3 kilometer, kita bisa menghindari untuk menggunakan kendaraan bermotor, bisa dengan berjalan kaki atau dengan naik sepeda. Selain bisa mengurangi polusi udara akibat emisi dari kendaraan kita, dengan berjalan kaki atau naik sepeda, kita juga bisa menghindari dan mengurangi kemacetan lalu lintas. Menurut data yang telah dipublikasikan pemerintah, transportasi merupakan penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Ya, karena sebagian besar kendaraan di Indonesia masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai penggeraknya, sedangkan bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang amat tak ramah lingkungan. Dengan mengurangi penggunaannya, kita bisa mengurangi pencemaran udara.
Bayangkan apabila kita mulai dari diri kita sendiri, lalu ajak teman satu kos atau teman sekampus, dan mereka mengajak teman-teman mereka juga. Mungkin tak akan kita lihat lagi kemacetan yang hampir terjadi tiap pagi. Betapa besar manfaat yang kita dapat dari berjalan kaki. Mengurangi polusi, mengurangi kemacetan, dan menghemat bahan bakar yang tentunya menghemat pengeluaran kita.
Akan lebih menyenangkan lagi apabila di lingkungan kita tersedia tempat khusus bagi pejalan kaki dan pesepeda. Dengan begitu kita tak perlu berebut tempat dengan para pengendara kendaraan bermotor. Namun kita tak perlu menunggu pemerintah menyediakannya, karena kerusakan bumi pun tak mau menunggu. Untuk itu kita perlu mulai dari diri kita sendiri. Apabila sudah terbiasa, tentu kita bisa mengajak orang-orang disekitar kita untuk turut serta.
Dengan bangun lebih pagi juga, ada manfaat lain yang bisa kita dapatkan yang berkenaan dengan mengurangi pencemaran udara. Apabila kita bangun lebih pagi, akan lebih cepat pula kita mematikan lampu yang kita gunakan saat malam hari. Berpengaruhkah mematikan lampu dengan pencemaran udara? Tentu ada.
Sebagian besar pembangkit listrik yang digunakan di negeri kita ini merupakan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Batubara saat ini masih menjadi primadona bahan bakar pembangkit di Indonesia. Padahal, gas buangan hasi pembakaran batubara amat berbahaya bagi makhluk hidup. Meski sudah melalui beberapa kali penyaringan, tetap saja dampaknya bagi kesehatan amat buruk. Dengan menghemat penggunaan listrik, kita bisa menghemat penggunaan batubara. Akan lebih baik jika kita bisa beralih dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil ke pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Sebenarnya banyak sekali potensi di Indonesia yang bisa kita manfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Angin, air, mikrohidro, surya, dan lain-lain. Selain ramah lingkungan karena hampir tak menghasilkan emisi, energi bersih ini tentunya akan lebih hemat dan keberadaannya tak terhingga. Meski watt yang dihasilkannya relatif lebih kecil dibanding dengan pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil, namun tak menjadi kendala apabila kita bisa mengolah dan memanajemen penggunaannya. Dengan membantu pemerintah mengurangi konsumsi akan listrik, pemerintah perlahan akan bisa beralih dari energi kotor batubara menjadi energi bersih yang murah dan ramah lingkungan.
Jadi ayo bangun lebih pagi untuk turut serta memperbaiki kualitas udara di bumi kita ini. Tak hanya dengan menanam pohon, banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengurangi polusi. Hal kecil dan mudah, hanya membutuhkan kemauan yang kuat dan konsistensi. Dengan bangun lebih pagi kita bisa melakukan banyak hal bermanfaat, dengan bangun lebih pagi kita bisa membantu Indonesia untuk bernafas lebih segar.
0 comments:
Posting Komentar