Sang Pencuri Buku

Judul   : The Book Thief / Die Bücherdiebin
Sutradara   : Brian Percival
Penulis skenario  : Michael Petroni
Produksi   : 20th Century Fox
Rilis   : November 2013
Genre   : Drama

DALAM perjalanan menuju Jerman pada musim dingin tahun 1938, Liesel Meminger mendapati adik laki-lakinya, Werner, meninggal. Ketika pemakaman Werner itulah Liesel mencuri buku pertamanya, “The Gravedigger Handbook”. Buku itu pula yang menjadi buku pertama yang berhasil dibacanya setelah Hans Hubermann, ayah asuhnya, mengajarinya membaca.
Kecintaannya akan membaca membuat Liesel begitu berani untuk mengambil sisa buku yang tak terbakar setelah acara pembakaran buku oleh Nazi. Tanpa diketahui Liesel, Nyonya Burgermeister, istri sang mayor, melihat kejadian itu. Ia mempersilakan Liesel membaca buku-buku di perpustakaannya sampai sang mayor mendapati Liesel dan mengusirnya.
Kehabisan bacaan dan mulai bosan dengan buku yang sudah dibacanya berulang kali membuat Liesel berani untuk menyelinap ke perpustakaan Nyonya Burgermeister melalui jendela dan “meminjam” beberapa buku.
Setiap malam, dengan setia Liesel membacakan buku-buku itu untuk Max yang sedang sakit. Max Vendenburg adalah seorang pemuda keturunan Yahudi yang kepada ayahnyalah Hans pernah berutang budi. Oleh sebab itu Hans dan istrinya, Rosa, bersedia menyembunyikannya ketika pada suatu malam Max datang ke rumah mereka untuk berlindung dari kejaran Nazi.
Karena keberaniannya dan kecintaannya terhadap membaca, Max merangsang Liesel untuk tak hanya membaca, namun juga menulis, dengan memberikan Liesel sebuah buku kosong untuk ditulisi. Pada halaman pertama dari buku itu, Max menulisinya “Qis Fi” yang berarti “tulis” dari Bahasa Ibrani.
“Dalam agamaku, kami percaya bahwa setiap yang hidup, manusia, binatang, atau tumbuhan, memang hidup karena mengandung kata ‘hidup’. Itulah yang membedakan kita dengan segumpal tanah liat, Liesel, ‘kata’.”
Karena kecintaannya akan membaca pula, Liesel dapat menularkan semangat dan keberaniannya kepada sesame penduduk yang terpaksa mengungsi saat terjadi agresi. Bahkan suara bom-bom yang dijatuhkan dari langit Munich tak menggentarkan Liesel untuk tetap bercerita.
Diangkat dari  novel dengan judul sama yang ditulis oleh Markus Zusak, film berlatar belakang belakang Perang Dunia II ini menggambarkan suasana Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hitler, dimana fasisme sedang gencar-gencarnya dilaksanakan oleh Nazi. Segala sesuatu yang “bukan Jerman” dengan mudahnya diberangus dalam rangka pembersihan diri dari “kotoran intelektual”.
Tak hanya menceritakan tentang kecintaan Liesel Meminger akan buku, film ini juga menceritakan bagaimana Jerman saat itu sangat mencekam. Bahkan bagi warga asli Jerman, keadaan juga tak menenteramkan karena sewaktu-waktu mereka atau keluarga mereka dikenai wajib militer untuk memenuhi hasrat Sang Führer dalam berperang.
Brian Percival sukses menyajikan film fiksi-historikal yang tak membosankan dan sangat layak ditonton sebagai hiburan dan referensi sejarah. []





0 comments:

Posting Komentar

 

My Tweeeeet