Barangkali, kerelaan itu yang akan menyelamatkanmu kelak.
Percaya saja, bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Tak ada kebahagiaan yang berlangsung selamanya, pun tak ada kepedihan yang akan menggelayutimu sepanjang hidup.
Relakan, relakan, relakan. Seperti setiap hela nafas yang kau keluarkan kembali setelah menghirupnya. Seperti seonggok kotoran yang kau buang setiap paginya. Seperti ruang dalam hatimu yang kau gunakan untuk maaf bermukim.
Bebaskan dadamu dari nyeri tak tak terperi. Buka kembali jendela hatimu yang lama tak menyambut sinar mentari. Dari situ kamu akan tahu bahwa benar adanya kalau ada yang bilang, tak satupun hal terjadi di dunia ini tanpa maksud dan tujuan.
Tuhan tak melempar dadu ketika menentukan nasib kita. Dia tak mengambil kertas kocokan dalam arisan rezeki kita. Dia juga tak sembarang menandai kalenderNya untuk menentukan kapan kita lahir dan mati.
Kita tak akan pernah tahu apakah kesalahan akan terulang kembali, apakah luka akan menganga lagi dan menyedot kita dalam lubang hitamnya. Tapi ingat, kita pun juga tak tahu, tak akan pernah tahu, apakah memelihara benci akan menguatkan kita.
Tuhan Maha Adil dengan segala rahasiaNya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ada ke'gamang'an dalam tulisan ini.
BalasHapusada ketidak'percaya'an pada diri sendiri dalam tulisan ini.
...banyak perasaan yang kamu sembunyikan disini.
...kamu tidak menulis dengan jujur dengan hati'mu disini.
...tulisan ini kamu buat dengan ego dan penuh emosional (karena itu sangat terasa sekali.
...dan dalam tulisan ini, Adik Bela Jannahti sama sekali tidak "hadir" didalamnya.
(maaf jika tidak berkenan, semoga saja aku salah dengan ke'sok tahu'an ku)
...pengen comment di FB sebenarnya, tetapi apalah sosmed itu (terlalu banyak orang yang bertopeng)
-tabik-
iya, memang itu bukan aku yang menulis. aku juga nggak tahu siapa. barangkali malaikat yang sedang menyelinap di jari-jariku yang akhirnya menuliskannya.
Hapuseverybody's masking and who's care?