Akhirnya Allan Karlsson dan seorang kawannya, Herbert
Einstein, mendarat di Bali dalam rangka berlibur pada tahun 1953. Eksotisme
Bali dan pamornya sebagai destinasi wisata favorit menjadikan pulau itu lebih
populer dibanding negara tempatnya berada.
Wajar bila Allan Karlsson tak menolak ketika tawaran dari
Mao Tse-tung sang pemimpin Republik Rakyat Tiongkok mengarahkannya ke Bali. Mao
Tse-tung berpendapat bahwa kedua kawannya itu berhak mendapatkan liburan
setelah kejadian-kejadian melelahkan yang mereka alami.
Jonas Jonasson memang menyebut Indonesia dalam novelnya yang
penuh komedi satir ini. Mulai dari pariwisata, politik, hingga tragedi yang
pernah menimpa Pulau Dewata tersebut dikemas dengan apik dan penuh humor oleh
Jonasson.
Tak hanya Indonesia, Jonasson juga menuliskan tentang
beberapa negara lainnya yang menjadi bagian dari kisah hidup dan perjalanan
seorang Allan Karlsson.
Cerita bermula ketika Allan Karlsson, seorang manula yang
tinggal di sebuah panti jompo di Swedia, enggan mengikuti perayaan
ulangtahunnya yang ke 100. Alih-alih bersiap menghadiri pestanya sendiri, Allan
secara spontan melompati jendela kamarnya dan memulai perjalanan panjang yang
tak pernah diduganya.
Masalah mulai muncul ketika di terminal bus seorang pemuda
menitipkan padanya sebuah koper sementara pemuda tersebut masuk toilet. Allan
yang tak berniat mencuri terpaksa membawa koper itu turut serta agar ia tak
ketinggalan bus.
Keputusannya itu berbuntut panjang dan menyeret banyak orang
karena ternyata koper tersebut adalah milik sindikat kriminal “Never Again”
yang berisi uang puluhan juta krona – jumlah yang tidak sedikit – hasil
penjualan narkotika.
Selain Never Again yang mengejarnya, Allan Karlsson juga
menjadi target pencarian polisi terkait laporan dari Rumah Lansia mengenai
seorang lelaki berumur 100 tahun yang telah kabur.
Pelariannya itu menimbulkan masalah demi masalah namun juga
menghadirkan kawan-kawan baru yang membuat usia 100 tahun Allan menjadi lebih
berarti ketimbang sekedar pesta perayaan ulangtahun. Allan Karlsson sendiri tak
pernah merencanakan untuk mengakhiri “jalan-jalan”nya itu di Indonesia.
Dengan alur maju mundur, Jonasson menyelipkan kisah hidup
Allan sejak kecil hingga dewasa dan berakhir di Rumah Lansia di antara cerita
pelariannya bersama koper berisi puluhan juta krona tersebut. Kisah hidup Allan
pun tak kalah seru dan menarik dibanding dengan perjalanan dadakannya dari
jendela Rumah Lansia.
Berbagai pengalaman hidup menjadikan Allan Karlsson seorang
pemberani, nekat, tak suka berpikir panjang namun selalu menghasilkan keputusan
yang tepat. Intuisinya telah terlatih oleh berbagai macam tragedi dan
marabahaya yang mewarnai hidupnya. Hal-hal tak terduga selalu menyertai Allan
bahkan ketika usianya telah mencapai 100 tahun.
Perjalanan hidupnya yang penuh bahaya itu pula yang
menjadikan hari-hari Allan di Rumah Lansia menjadi terasa hambar dan
membosankan. Tak heran apabila pada suatu hari – tepat di hari ulang tahunnya
yang ke 100 – Allan memutuskan untuk keluar sejenak dan berjalan-jalan.
Gaya kepenulisan Jonasson yang luwes, spontan, dan penuh
humor menjadikan novel setebal 508 halaman ini tidak membosankan dan mampu
menggugah pembaca untuk terus mengikutinya. []
mau juga baca novel ini bel :)
BalasHapusmau aja apa mau banget mir?
Hapusmau banget qaqa..kirim kesini dong, terus sekalian nambahnambah koleksi di lemari hahaha
BalasHapus