Catatan Perjalanan: Semeru (Part III)

sebelumnya: Catatan Perjalanan: Semeru (Part II)

Jumat, 24 Agustus 2012, Dari Tanjakan Cinta hingga Padang Edelweis

Mengapa tanjakan cinta? Ya, memang unik namanya. Seorang kawan bercerita mengenai tanjakan tersebut. Menurut cerita yang beredar, bila kita bisa melewati tanjakan tersebut tanpa menoleh ke belakang sebelum tiba diatas, kita akan bisa mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai. Dan untuk yang sudah memiliki pasangan, katanya akan langgeng. Kami tertawa saja mendengar cerita tersebut. Dibilang percaya juga tidak, dibilang meremehkan pun tidak. Tapi memang mitos tersebut agak lucu.
Ranu Kumbolo dipandang dari atas Tanjakan Cinta

Ternyata memang berat untuk mendaki tanjakan cinta tanpa menoleh ke belakang. Namun semua dari kami berempat berhasil melakukannya. Meski berhenti-berhenti, kami mampu menahan diri untuk tak menoleh. Setelah tiba diatas, kami beristirahat di bawah pohon dan memandang ke bawah. Subhanallah indahnya! Mungkin inilah filosofi dari mitos tersebut. Memandang Ranu Kumbolo dari atas tanjakan cinta memang sangat indah. Saya membayangkan bila di tengah tanjakan tadi saya menoleh, mungkin setibanya diatas keindahan tersebut tak begitu mencengangkan. Namun dari atas sini, semuanya tampak lebih indah. Itulah buah dari kesabaran dan kemampuan menahan nafsu. Semua akan sangat indah pada waktunya.

Selanjutnya kami harus melewati oro-oro ombo, yaitu semacam padang savanna yang sangat luas dan indah. Untuk mencapai oro-oro ombo kami melewati jalan menurun hingga akhirnya bertemu dengan ilalang-ilalang yang menguning.

di Oro-Oro Ombo


Kami beristirahat di pos ketiga, yaitu pos Cemoro Kandang, 2,5 km dari Ranu Kumbolo dengan trek yang cenderung landai. Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju ke pos selanjutnya, yaitu Pos Jambangan.

Trek selanjutnya menjadi tak mudah bagi saya karena cukup menanjak. Namun dengan pelan-pelan akhirnya tiba juga di Jambangan yang berjarak 3 km dari Cemoro Kandang. Sepanjang perjalanan menuju Jambangan kami banyak beristirahat, bercakap dengan pendaki lain yang akan naik maupun yang sedang turun. Suasananya sungguh menyenangkan.

Semburan asap dilihat dari Oro-Oro Ombo


Kami tiba di Jambangan pada tengah hari. Karena rasa lapar telah mendera, kami memutuskan untuk makan siang dengan menu sederhana, yakni ketupat diberi saus bolognese dan ditambah snack.

Selesai makan siang kami melanjutkan perjalanan. Pos selanjutnya yaitu Kalimati, dimana kami akan mendirikan camp lagi. Jarak Jambangan menuju Kalimati kurang lebih 2 km dengan trek yang cenderung menurun.

Kalimati adalah sebuah padang edelweis yang luas. Saat kami tiba disana pukul 16.00, telah banyak berdiri tenda dari pendaki lain, namun jumlahnya tak sebanyak saat di Ranu Kumbolo. Segera kami mendirikan tenda, bersih diri sekenanya dan menyiapkan makan malam. Makan malam kami saat itu lebih nikmat lagi. Berbagai bahan yang kami bawa sebagian besar kami masak agar memperoleh tenaga yang cukup untuk perjalanan menuju puncak. Kami memasak beras, menggoreng kentang dan nugget, memasak ikan sarden, dan menyeduh teh dan susu. Belum merasa cukup, kami memasak sup krim yang diberi potongan kentang. Benar-benar makan malam yang mewah di gunung.

Kami diberi tahu oleh pendaki lain untuk mempersiapkan diri sebelum tidur, karena pendakian menuju puncak akan dilakukan pukul 00.00. Sebelum tidur kami pun menyiapkan sepatu, tas yang akan dibawa naik, logistik berupa roti, air mineral, sedikit snack, baterei untuk senter, dan sebagainya. Tak banyak yang akan kami bawa untuk ke puncak. Barang-barang akan kami tinggalkan di tenda. Kami hanya membawa tas kecil dan satu tas besar yang akan dibawa secara bergantian. Setelah packing kami pun  bersiap tidur, menyetel alarm pukul 23.30 dan memutar lagu Mahameru milik Dewa 19 berulang-ulang hingga tertidur.


0 comments:

Posting Komentar

 

My Tweeeeet