(Potongan) Sisi Lain Tragedi 1965

Judul: Kubah
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 1980, edisi baru: September 2012
Tebal: 216 halaman
No. ISBN: 978-979-22-8774-5

Novel ini menceritakan salah satu potongan dari kolase kisah tentang tragedi besar yang pernah dialami Indonesia. “Kubah” merupakan salah satu karya sastra berlatar Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu), atau G-30-S (sebagian buku menuliskan G-30-S/PKI).
Cerita bermula saat Karman menerima surat pembebasan dirinya setelah 12 tahun menjadi tahanan politik di Pulau Buru, beratus kilometer dari kampung halamannya, Pegaten. Statusnya sebagai seorang bekas tahanan politik atau tapol membuatnya gamang. Cerita pun kembali ke beberapa tahun silam, dimana dikisahkan pula sejarah hidup Karman.
Karman kecil adalah seorang yang taat beribadah, pesuruh sekaligus anak asuh kesayangan Haji Bakir, seorang alim di Pegaten. Masa remajanya banyak dihabiskan di masjid.
Berkat pertolongan pamannya, Karman dapat bersekolah. Namun karena keterbatasan pamannya pula, Karman harus cukup puas dengan ijazah Sekolah Menengah Pertama. Setelah lulus ia harus mencari pekerjaan, demi menghidupi ibunya yang telah menjanda. Dan momen itulah yang menjadi titik balik Karman, mengantarnya pada petualangan hidup yang tak pernah diharapkannya.
Margo dan Triman yang mengetahui kesulitan Karman, menunjukkan iktikad baik dengan membantu Karman untuk diterima sebagai pegawai di Kantor Kecamatan. Karman diajari ilmu administrasi pemerintahan, namun bersamaan dengan itu pula ia dikenalkan pada teori-teori pertentangan kelas, cerita pertanian kolektif di Rusia, dan berbagai doktrin dari Lenin, tokoh komunis Rusia. Karman belum juga menyadari bahwa ia sedang disiapkan untuk menjadi kader partai berlambang palu dan arit tersebut.
Seiring dengan bertambahnya ajaran Marxis yang diterima, lambat laun Karman berubah. Suatu hari pamannya harus sakit hati melihat Karman menghancurkan bilah bambu untuk berwudhu. Karman bukan hanya tak mau sembahyang lagi, namun ia juga sangat membenci agama, sesuatu yang dianggap sangat bertentangan dengan ajaran komunis.
Tak pelak, saat 1965, dilakukan pembersihan besar-besaran terhadap apapun yang berbau komunisme, Karman menjadi salah satu yang diburu. Beruntung sekali ia masih hidup, meski akhirnya diasingkan sebagai tapol.
Sekembalinya ia sebagai bekas tapol ke Pegaten, banyak hal telah berubah. Termasuk Marni, istri terkasihnya yang kini telah menjadi istri sah dari lelaki lain.
Beruntung, Haji Bakir yang dulu pernah dikhianati oleh Karman tak menyimpan dendam padanya. Haji Bakir memberi amanah kepada Karman untuk membangun kubah, sebagai jalan untuk Karman kembali menjadi bagian dari Pegaten, menjadi Karman yang taat dan mempercayai Tuhan.
Novel ini pernah memenangkan penghargaan dari Yayasan Buku Utama pada 1981 dan telah diterbitkan dalam bahasa Jepang. []





0 comments:

Posting Komentar

 

My Tweeeeet