Judul : Hiroshima,
Ketika Bom Dijatuhkan
Penulis : John Hersey
Penerbit :
Komunitas Bambu
Penerjemah :
Gatot Triwira
Tahun terbit :
2008 (Cetakan Pertama)
Halaman : x +
165 halaman
No. ISBN :
979 – 3731 – 29 – X
Hiroshima adalah salah satu karya jurnalisme yang hingga
kini masih dijadikan panutan dalam kepenulisan jurnalisme sastrawi. Secara
mendetail dan runtut, John Hersey mampu memberitakan peristiwa dibomnya
Hiroshima dari sudut pandang korban.
Ditulis dengan gaya kepenulisan bertutur, berita tentang
peristiwa yang “berat” itu menjadi menarik dan tak membosankan untuk diikuti.
Tak mengherankan jika karya ini terpilih sebagai naskah terbaik Jurnalisme
Amerika pada abad ke 20 oleh Panel Wartawan dan Akademisi Universitas Colombia.
Hasil liputan yang pertama kali dimuat di The New Yorker
pada Agustus 1946 ini berkisah tentang enam korban yang mampu bertahan hidup
setelah bom atom dijatuhkan di Kota Hiroshima ketika Perang Dunia II. Keenam
korban tersebut termasuk sedikit sekali orang yang beruntung karena dapat bertahan
hidup dan menceritakan kisahnya masing-masing.
Perjuangan mereka yang bertahan hidup sungguh tak mudah.
Menjadi kelinci percobaan dari bom atom yang digunakan pertama kali sebagai
senjata dalam perang, mereka mengalami berbagai hal aneh yang mencengangkan
para ilmuwan.
Begitu banyak korban meninggal dan terluka, sedang rumah
sakit hancur dan perlengkapan medis tak lagi memadai. Dokter Sasaki, salah
seorang dokter yang berhasil selamat, bekerja keras menangani para korban
dengan segala keterbatasan.
“Ia selalu merasa lelah. ‘Tapi saya harus sadar,’ katanya, ‘semua orang juga merasa lelah.’”
Mungkin tanpa tulisan dari John Hersey ini, kita tak akan mendapat gambaran dari sudut pandang lain betapa perang saat itu menyisakan berbagai kerusakan dan kehilangan.
“Hampir semua yang pernah berdiri di wilayah itu telah terbakar dan rata dengan tanah. Beberapa papan pengumuman darurat yang ditancapkan di atas reruntuhan menyampaikan pesan-pesan putus asa. Pesan-pesan seperti, ‘Saudariku, kamu dimana?’ atau ‘Sisa keluarga sekarang tinggal di Toyosaka,’ menjadi tanda betapa ledakan itu telah menyisakan berjuta kehilangan.”
Peristiwa yang juga menjadi titik balik perjuangan Bangsa
Indonesia mengupayakan kemerdekaannya itu sekaligus menjadi media penelitian
para ilmuwan yang baru kali itu melihat secara nyata dampak dari bom atom yang
meluluhlantakkan Hiroshima.
John Hersey sendiri adalah jurnalis kelahiran Tientsin,
Cina, 17 Juni 1914 yang menulis untuk Time, Life, dan The New Yorker.Pemenang
Pulitzer Prize pada thaun 1945 ini meninggal pada 24 Maret 1993 di kediamannya
di Key West. []
0 comments:
Posting Komentar