Salah satu Gardu Induk di Pontianak yang diberi jaring-jaring sebagai protektor terhadap layangan berkawat |
Sebagian besar generasi 90an saya rasa mengenal dengan baik
permainan ini dan menggelutinya sewaktu anak-anak. Pun saya yang rela
berpanas-panasan di bawah terik matahari demi menerbangkan mainan murah meriah
tersebut.
Hingga kini, layangan masih digemari oleh berbagai kalangan
di berbagai daerah di Indonesia. Meski kebanyakan anak-anak kini lebih memilih
untuk tinggal di rumah dan beradu strategi dalam permainan digital, laying-layang
masih sering mengudara di langit Indonesia. Bahkan, secara rutin, setiap tahun
diadakan festival layang-layang di berbagai daerah, dimana layang-layang
terbaik karya masyarakat umum dipertandingkan.
Tak terkecuali di Pontianak. Hampir setiap hari, terutama pada
hari-hari cerah dengan angin yang bertiup sedang hingga kencang, kita bisa
melihat layang-layang mengudara. Ukuran dan modelnya bervariasi. Mulai dari
layang-layang kecil yang berukuran kurang dari setengah meter, hingga
layang-layang raksasa yang berukuran lebih dari tiga meter.
Namun, beberapa hari yang lalu, pihak PLN menggandeng
tokoh-tokoh agama dan pemerintah Pontianak untuk meredam banyaknya
layang-layang yang dimainkan masyarakat. Bahkan, salah satu media cetak menulis kalau MUI Pontianak akan mengeluarkan fatwa yang mengharamkan permainan asyik tersebut. Nah, mengapa?
Ternyata, sudah 20 tahunan ini layang-layang menjadi momok
bagi PLN Wilayah Kalimantan Barat karena layang-layang yang dimainkan oleh
masyarakat sini adalah layangan berkawat.
Kawat baja pada layang-layang tersebut kerap bersentuhan
langsung dengan konduktor, termasuk di sisi 150 kV. Tentu kontak fisik tersebut
secara otomatis akan menyebabkan arus hubung singkat yang berujung pada
pemadaman. Bila lebih parah lagi, gangguan tersebut akan tembus hingga ke sisi
pembangkitan dan mesinlah yang menjadi korban. 80% lebih listrik di Kalimantan
Barat masih disuplai oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang masih
rentan terhadap gangguan eksternal.
Di salah satu PLTD terbesar di Pontianak, yaitu PLTD Sei
Raya, dua mesin berkapasitas masing-masing 8,8 MW berstatus mengalami gangguan
berat sehingga kini hanya menjadi pajangan di ruang mesin. Histori kerusakan
menyampaikan bahwa crankshaft dari kedua mesin tersebut cacat akibat hantaman
gangguan eksternal, yang menurut para operator adalah efek dari layang-layang.
“Kami lebih bersyukur kalau cuace hujan. Hujan deras tak ape,
asal jangan badai. Kalau cerah malah suseh,” tutur salah satu operator yang sudah
lebih dari 10 tahun bekerja di PLTD tersebut.
“Lhoh, kok gitu Pak? Kan biasanya kalau hujan malah banyak
gangguan,” balas saya yang ketika itu masih heran.
“Iyalah, kalau cuace cerah, orang pasti main layang-layang. Tak
ape kalau layangan biase seperti yang di Jawa. Nah orang sini kalau main
layangan, pake layangan kawat. Kalau hujan, mana ade orang main layangan.”
Saking seringnya arus hubung singkat akibat kawat layangan
menghantam hingga ke mesin, tentu tak mengejutkan bila akhirnya mesin tersebut
rusak. Hampir setiap hari gangguan akibat kawat layangan terjadi. Biasanya,
ketika sore sekitar pukul 3, bila kita berada di ruangan, kita akan mendapati
lampu meredup sesaat. Para pegawai PLN sudah hafal kalau itu adalah akibat
kawat layangan.
Pemerintah Kota Pontianak sebenarnya telah memiliki Perda
khusus yang melarang permainan tersebut beserta sanksinya. Kepolisian dan
Satpol PP juga dikerahkan untuk mengatasi hal ini. Namun hingga tulisan ini
saya buat, saya masih melihat layang-layang mengudara.
Hingga akhirnya PLN melobi tokoh-tokoh agama di Pontianak
dan sekitarnya untuk membantu sosialiasi larangan bermain layangan berkawat.
Tak tanggung-tanggung, wacana pengharaman layang-layang oleh MUI Pontianak digulirkan.
Entah akan terealisasi atau tidak. Dan bila pun terealisasi, akankah langit
Pontianak bersih dari layangan? Mengingat hampir 50% masyarakat Pontianak bukan
merupakan muslim. Bagaimana menurut kalian? []
ono layangan pedhot....
BalasHapusahhahaa LDR, long distance reladiapusi
BalasHapusjiaaah, sng seneng banget bahas LDR
Hapusbel, layang-layang e model e pye kui bel?kei gambar
kok layang2 kawat...??
koyo layang2 biasa yok, cuma ki dknen ujunge nggo kawat, ngen iso nggaet layangan liyo..
BalasHapuskapan2 nek entuk fotone tak fotoke. mas2e sing sok gawe layangan wes balek je
trus biasane semeter 2 meter taline nggo kawat, njuk nembe disambung senar
Hapusowalah, akal-akalane ngono to ng kalbar ki...
Hapussilet ng jowo jek terlalu mainstream, sesuk aku nganggo rante
hahaha nek ngno layangane ga mungkin pedot XD
HapusSlamat bertarung nak.. mencerdaskan indonesia
BalasHapusokee om. kapan balik jawa? hahahaha XD
Hapussaya pernah tinggal di pontianak mbak. ga cuma PLN & mesin2 yg jadi korban, tapi orang juga. bos saya pernah kena senarnya, luka di pipi dalem. malah kalo daerah2 kayak sei raya ada bbrp kasus orang mati pas naik motor lehernya kecantol senar layangan.
BalasHapusOh iya ya. Memang pernah dengar. Itu kenapa ya masyarakat masih main layang2 berkawat?
Hapuslayang2 disana sudah masuk ke arah prestis (untuk golongan menengah ke bawah). makanya yg main kebanyakan bukan anak kecil seperti di jawa.
Hapusoiya, biasanya selain kawat juga pakai lapisan kaca di senarnya.
menengah keatas mungkin maksudnya?
Hapusiya, kebanyakan memang orang dewasa yg saya lihat main layangan.
wah lebih bahaya tuh. kenapa mereka kebal sama aparat ya? atau aparatnya yg apatis?
menengah ke bawah mbak, soalnya orang2 atas nggak main layang2 hehe.
Hapusadat masih lebih kuat dari hukum formal, kekeluargaan masih dijunjung tinggi (walaupun sekarang sudah banyak yg egois & tak acuh). jadi kalau nggak ada korban, masyarakat bebal. kalau dipermasalahkan, yg maju ke aparat nggak cuma orang yg ditegur.
tapi kalau ada kasus, misal sampai ada yg meninggal, baru tersangka diproses.
oh iya sih ya. salah satu sebab kenapa kalbar ini susut listriknya tinggi sekali ya jg karna itu, banyak tunggakan yg ga bisa diputus. lah gimana mau mutus ya, liat orang PLN dateng aja udah disambut parang.
Hapuswah tp kalbar unik banget. seneng lah pernah tinggal disini..
kerja di PLN ya mbak? PLN ponti sebelah mana ya? haha...
Hapussaya lihat postingnya banyakan jalan2 ya. bisa cobain ke singkawang mbak.
sudah pernah ada korban kan?dan sampai diproses di kepolisian pelakunya?
Hapussingkawang udah kak, ke tanjung bajau sama pulau kabung, ke kota nya juga udah pernah. cuma belum sempat saya tulis. hehe
Hapusmas prabowo: akhir2 saya di ponti tahun 2012 ada kok di daerah sei raya yg dipidanakan.
Hapusmbak jannahti: wah yg disebutin njenengan malah saya belum pernah mbak. saya cuma pernah ke pantai pasir panjang, danau biru, sama pantai tj. karang (atau apa itu namanya) daerah mempawah.
oiya, saya baca2 postingan njenengan pemakaian diksinya bagus, bacanya enak. request dong masalah sosial cina/tionghoa di ponti/singkawang yg kontras banget sama yg ada di jawa & masalah dayak yg mungkin semakin lama nasibnya akan sama seperti betawi. makasih
Wah maturnuwun mbak/mas anonim sebelumnya.
Hapusmengenai itu juga sudah sempat kepikiran, yg masyarakat tionghoa. tp aku ngrasa masih butuh lebih banyak riset soalnya itu berkaitan sama isu yg menurutku sensitif sekali...
sama2 mbak. saya cowok mbak hehe..
Hapusnah! saya memang request yg agak susah biar tahu karakter tulisannya mbak jannahti. bukan ngetes, tapi pengen tahu karakternya aja hehehe..
oiya yg masalah dayak itu kalau mbak bisa nemu juga seru lho (sayang dari dulu saya nggak pinter nulis).
katanya dulu dari dimensi ya. pecinta alam juga? hehehe...
eh maaf sebelumnya kalau kurang ajar. saya nggak kenal sama sekali tapi udah minta macem2..
wah, kyknya aku ga punya karakter dalam tulisan, wong orangnya sendiri aja ga berkarakter..
Hapusdimensi, iya. pecinta alam? hmm bukan sih. lebih cocok kalo disebut penikmat alam..
nah makanya memperkenalkan diri mas. haha
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus