Beberapa hari yang lalu, seorang teman menegurku yang baru
pulang dari kantor. “Kok, enak banget, boleh pakai jins?”
Aku hanya tertawa dan bilang, “iyalah, kan sering ke
lapangan. Kalau mau, pakai aja gapapa kan?”
Di kantor kami memang tak ada aturan khusus yang melarang
pegawainya untuk mengenakan jins ketika bekerja. Selama ini, bekerja di kantor
mengenakan jins jarang dilakukan karena persepsi orang-orang yang menganggap
kalau itu kurang sopan. Yah, selama tidak terlalu ketat dan masih dalam batas
kewajaran, mengapa tidak? Kenyamanan dalam mengenakan pakaian kerja tentu juga
berpengaruh terhadap kinerja kita. Kita bisa menjadi diri sendiri dan
produktivitas dapat meningkat.
Jeans merupakan
salah satu produk sandang yang kini memiliki banyak penggemar dan pengguna. Ia
memiliki sejarah panjang yang membentuknya hingga menjadi pakaian favorit
seperti sekarang.
Adalah Levi Strauss yang memanfaatkan denim sebagai bahan
celana untuk pekerja tambang emas di Amerika pada tahun 1850an. Para pekerja
tersebut merasa nyaman memakai celana tersebut dan menyebutnya Levi’s. Kemudian
Levi Strauss dibantu oleh kawannya, Jacob Davis, menyempurnakan celana tersebut
dengan memasang kancing metal untuk mendapatkan celana yang kuat dan tak mudah
sobek karena beratnya emas yang dikantongi para pekerja.
Sebelumnya, pada tahun 1560an, celana panjang berbahan denim
telah banyak dipakai oleh kalangan angkatan laut di Genoa, Italia, karena
sifatnya yang kuat dan bisa dikenakan dalam keadaan basah maupun kering.
Kata jeans sendiri
berasal dari Bahasa Perancis, Genes, atau Genoa, yang merupakan nama sebuah
kota yang memproduksi celana denim di Italia. Sedangkan denim adalah tenunan
benang katun yang berasal dari sebuah kota di Perancis, Nimes. Nama kota
tersebut juga menjadi asal muasal dari nama denim, serge de Nimes.
Tahun 1970an, celana denim makin menjadi favorit akibat
merebaknya gaya hidup “hippies” di Amerika dan Eropa. Memakai jins – apalagi
celana jins yang robek atau dirobek -
menjadi salah satu simbol anti kemapanan yang digalakkan kaum hippies.
Kini, penggunaan bahan
jeans atau denim tak hanya terbatas pada celana, namun hampir seluruh jenis
dan model pakaian banyak menggunakannya.
Aku sendiri merasa lebih nyaman mengenakan celana jins
daripada celana berbahan kain halus atau celana formal. Memakai celana jins
membuat gerak lebih leluasa dan kita tak perlu khawatir celana akan kusut atau
kotor.
Celana jins juga fleksibel, dapat digunakan pada beragam
situasi, mulai dari yang formal hingga jalan-jalan. Aku menyimpulkan,
mengenakan celana jins tak akan membuat kita mati gaya.
Bila kesulitan mencari model celana jins yang cocok untuk
kita, kita bisa memanfaatkan online shop seperti zalora. Tak perlu
berdesak-desakan di department store dan kita bisa leluasa memilih tanpa harus
merepotkan penjaga toko. []
0 comments:
Posting Komentar