Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap
sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah mandalawangi
kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
kudengar detak jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
Cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang takkan pernah ku tahu dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
aku orang malam yang membicarakan terang
aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
Cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi
aku orang malam yang membicarakan terang
aku orang tenang yang menentang kemenangan oleh pedang
Cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang takkan pernah ku tahu dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
Terangi dengan cinta di gelapku
Ketakutan melumpuhkanku
Terangi dengan cinta di sesakku
Dimana jawaban itu
Cahaya bulan menusukku
dengan ribuan pertanyaan
yang takkan pernah ku tahu dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkanku dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati
0 comments:
Posting Komentar