Sebenernya, apa sih yang menjadi tolok ukur kita dalam menentukan sukses nggak nya seseorang?
kebanyakan orang pada saat ini, menganggap, posisi mapan + gaji gede = sukses.
Selama ini pula, pelajar2 di Indonesia didoktrin untuk mencari pekerjaan, bukan membuat. itu yg selama ini ditanamkan di otak kita. mencari pekerjaan. Dan itu lah salah satu penyebab bangsa kita kalah bersaing dibanding dengan bangsa2 lain.
Para pelajar menjadi termotivasi untuk berlomba-lomba mencari pekerjaan dengan posisi mapan dan gaji besar. Namun semua itu memang tergantung pada tujuan kita masing2. Apakah kita mencari pekerjaan hanya untuk memperoleh penghasilan yang besar, atau untuk memperoleh kepuasan tersendiri meski gajinya tak seberapa.
Kebenyakan orang saat ini takut untuk menerima tantangan dan mengambil resiko. Padahal kita nggak akan pernah tahu sebelum mencobanya. Urusan berhasil atau nggak nya, itu Tuhan yg menentukan, kita sebagai manusia hanya berusaha dan berdoa.
Lalu, mari kita tengok keadaan bangsa kita saat ini. sudahkah kamu puas terhadap negaramu saat ini? tentu saja belum.
Dan yang paling membuat ku heran. Negara kita begitu kaya akan sumber daya alam, namun kenapa kita masih cenderung bersifat konsumtif, bukan produktif. Mewujudkan swa sembada pangan rasanya sulit sekali, padahal berhektar2 tanah subur tersedia.
Pertambangan di Indonesia saat ini pun sebagian dikelola oleh pihak asing, dan pekerja Indonesia hanya membantu. Kebalik ga sih?
Dan masih banyak lagi SDA yg belum kita kelola sendiri.
Mungkin wajar kalau kita kalah di bidang teknologi terkini. Karena negara kita memang bukan negara yg berorientasi pada bidang itu.
Tapi ironis sekali rasanya, mengetahui bahwa di negara yg kaya akan seumber daya alam ini, masih ada yg meninggal karena kelaparan, gizi buruk, dsb.
Sesungguhnya Indonesia amat membutuhkan para ahli untuk bisa mengubah bangsa kita. yg mampu mengelola SDA secara mandiri, menciptakan kemakmuran bagi negeri. Ahli pertanian, kelautan, dsb. Akankah kita menjadi seperti itu? atau kita hanya akan bekerja dibalik meja sepanjang hari dengan tumpukan kertas2 dan gaji besar?
Tugas kita, kawan, untuk menerima tantangan itu. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar