Judul : Soe Hok-gie …Sekali Lagi
Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya
Penulis : Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti, Nessy Luntungan R (ed.)
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Idealis dan kritis. Dua kata itu sangat lekat dengan sosok Soe Hok-gie. Sebagai seorang mahasiswa pada masanya, ia mampu mendobrak semangat kawan-kawannya untuk memperjuangkan perubahan. Selepas menjadi mahasiswa pun ia tetap menjadi seseorang yang idealis, tak seperti kebanyakan teman-teman seperjuangannya yang menjadi gila kekuasaan dan mengkhianati perjuangan mereka semasa menjadi mahasiswa. Sosok seperti inilah yang saat ini sangat dibutuhkan oleh bangsa kita — sosok mahasiswa yang benar-benar mampu menjadi agent of change dan social control, yang tidak hanya berkoar-koar menyerukan idealismenya tanpa mau terjun ke lapangan.
Sebagai kenang-kenangan dalam rangka memperingati 40 tahun kepergiannya (16 Desember 1969), sahabat-sahabat Gie bersama-sama memutuskan untuk menulis kembali kenangan-kenangan akan sahabat, teman, rekan seperjuangan, guru, sekaligus pacar yang dulu pernah hadir dalam kehidupan mereka. Tim penyusun buku yang diketuai oleh Luki Sutrisno Bekti —salah satu sahabat Gie yang saat ini menjadi wartawan senior di Media Indonesia— berhasil mengumpulkan tulisan-tulisan dari para sahabat, rekan, maupun orang-orang yang hanya mengenal Soe Hok-Gie lewat tulisan-tulisannya saja. Tak hanya ulasan mengenai pribadi Soe Hok-Gie itu sendiri, namun juga hal-hal yang berkaitan dengan sosok Gie, seperti Gunung Semeru tempat ia meninggal, isu-isu PKI yang waktu itu sempat menjadi fokusnya, sampai pembuatan film GIE yang diangkat dari catatan hariannya (Catatan Seorang Demonstran).
Ulasan-ulasan dalam buku ini juga menyoroti ketertarikan Gie akan masalah-masalah sosial, tentang hobinya mendaki gunung dan menonton film, juga tentang kisah cintanya dengan beberapa wanita. Sesuai dengan motto mahasiswa UI saat itu, Buku, Pesta dan Cinta, yang menunjukkan bahwa Gie, bagaimanapun juga adalah seorang manusia biasa yang membutuhkan hiburan dan cinta.
Beberapa artikel yang ditulis oleh Gie untuk Koran juga disertakan dalam buku ini, melengkapi pandangan-pandangan orang lain tentang dirinya yang begitu bersemangat dalam menggulingkan pemerintah yang sewenang-wenang dan memperjuangkan keadilan bagi rakyat. Seolah kita diajak untuk mengenal sosok Gie lebih dekat dari berbagai sudut pandang.
Tentunya sangat menarik bagi kita, mahasiswa, untuk mengenal sosok Gie lebih dekat. Seorang intelektual muda yang berani memperjuangkan keadilan, jujur, peduli akan nasib bangsanya, sekaligus seorang pecinta alam sejati. Pribadi yang sudah jarang kita temui pada saat ini. Dengan penerbitan buku ini, selain untuk memperingati 40 tahun meninggalnya Gie, diharapkan pula akan timbul kembali semangat muda para intelektual bangsa yang saat ini sepertinya menghilang. Sekali lagi, Soe Hok-gie… [bell]
0 comments:
Posting Komentar